Bagaimana Menyembuhkan Trauma 👉🏽 Malaikatmu dan Iblismu
Mar 05, 2025
Hi, aku Daissy Sita! Hari ini, aku pengen banget ngobrol soal sesuatu yang sering tersembunyi jauh di dalam diri kita: trauma. Coba bayangin, di dalam dirimu ada dua kekuatan besar—malaikat yang mewakili cinta dan kedamaian, dan iblis yang membawa trauma serta rasa sakit. Di tengah mereka ada sebuah panel kontrol, tempat di mana semua keputusanmu dibuat. Siapa yang lebih dulu mengakses panel itu akan menentukan bagaimana kamu melihat dunia dan meresponsnya.
Trauma: Ketika Iblis Bergerak Lebih Cepat
Trauma itu seperti iblis yang bergerak super cepat. Kalau kamu pernah ngalamin trauma, iblis ini bisa jadi makin kuat dan makin cepat. Itulah kenapa orang yang hidup dengan trauma sering kali merasa sulit untuk bertindak atau berpikir dari tempat yang tenang dan penuh cinta, tempat di mana si "malaikat" seharusnya ada. Malahan, iblis ini sering bertindak duluan bahkan sebelum kamu sempat berpikir.
Pernah nggak kamu merasa tubuhmu bereaksi begitu cepat, seperti kamu bergerak tanpa sadar? Nah, itu namanya trauma response. Rasanya kayak kamu jadi penonton dirimu sendiri, yang cuma bisa ngeliat dirimu bereaksi sesuai pola lama yang pernah terjadi.
Victor Frankl pernah bilang: “Di antara stimulus dan respons, ada ruang kecil. Dalam ruang itu, ada kekuatan kita sebagai manusia.” Tapi kalau kamu hidup dengan trauma, ruang itu jadi super kecil, bahkan hampir nggak ada. Dan ketika itu terjadi, keputusan sering dibuat oleh alam bawah sadarmu—biasanya keputusan yang muncul dari rasa sakit, bukan cinta.
Iblis Trauma: Memisahkanmu dari Cinta
Iblis trauma punya satu tugas utama: memisahkanmu dari cinta. Bahkan, cinta untuk dirimu sendiri. Pernah nggak kamu ketemu orang yang kelihatannya susah banget untuk jadi rentan? Itu karena trauma bikin tembok yang tinggi antara kita dan perasaan lembut seperti penerimaan atau kasih sayang.
Meditasi Sebagai Solusi
Salah satu cara untuk memperlambat iblis ini adalah dengan melatih mindfulness. Ketika kamu bisa hadir sepenuhnya di saat ini, kamu punya pilihan. Tapi kalau nggak, kamu bakal terus terjebak dalam pola lama yang dibentuk oleh trauma. Masalahnya, banyak penyintas trauma malah cenderung dissociate alias “lepas” dari kenyataan karena rasa sakit itu terlalu berat.
Dissosiasi sebenarnya adalah mekanisme bertahan yang muncul dari pengalaman traumatis di masa lalu. Pikiranmu pergi ke tempat lain, hatimu memutuskan untuk berhenti merasakan. Tapi, kabar buruknya, menekan trauma hanya akan membuatnya muncul lagi di masa depan, sering kali dalam bentuk ledakan emosi atau pola yang merusak.
Sigmund Freud pernah bilang: “Kita tahu represi itu ada karena itu nggak pernah berhasil.” Jadi kalau mau sembuh, kamu harus berani menghadapi rasa sakit yang tersembunyi di balik tembok itu.
Cara Menghadapi Trauma
1. Kenali Suara Iblismu
Iblis dalam diri sering banget berbicara dengan suara yang kedengerannya seperti suara kamu sendiri. Dia bilang, “Kamu nggak cukup baik,” atau “Nggak ada yang bakal cinta sama kamu.” Langkah pertama untuk sembuh adalah sadar bahwa suara ini bukan kebenaran. Itu cuma bayangan trauma yang lagi berbicara.
2. Berani Menyentuh Rasa Sakit
Penyembuhan dimulai ketika kamu berani merasakan apa yang selama ini kamu hindari. Entah itu melalui menangis, terapi, atau refleksi mendalam, semua itu adalah langkah penting menuju pemulihan. Aku selalu bilang, “Air mata itu tempatnya di luar, bukan di dalam.”
3. Latih Mindfulness
Mindfulness adalah cara untuk melatih diri supaya kamu bisa hadir sepenuhnya di saat ini. Ketika kamu hadir, ruang antara stimulus dan respons jadi lebih besar. Ini kasih kesempatan untuk si “malaikat” mengambil alih panel kontrolmu. Meditasi adalah cara yang ampuh untuk memperlambat respons otomatis yang biasanya didikte oleh trauma.
“Semakin kita hadir, semakin kita bisa memilih. Semakin kita nggak hadir, semakin trauma yang memilih untuk kita.”
4. Terangi Iblismu
Iblis tumbuh subur di kegelapan. Tapi begitu kamu membawa kesadaran dan cinta ke bagian dirimu yang terluka, iblis itu kehilangan kekuatannya. Kamu bisa bilang, “Aku tahu ini cuma bagian dari traumaku, bukan diriku yang sejati.” Dengan cara ini, kamu mulai memisahkan dirimu dari trauma itu.
Cinta Adalah Obat
Penyembuhan dari trauma adalah perjalanan kembali ke cinta. Ketika kamu mulai mencintai dirimu sendiri, kamu membuka pintu untuk menerima cinta dari orang lain juga. Aku benar-benar percaya bahwa kemampuan untuk memberi dan menerima cinta adalah ukuran kesembuhan sejati.
Iblis dalam diri kamu mungkin terus berusaha meyakinkanmu bahwa cinta itu nggak nyata, bahwa kamu nggak pantas dicintai. Tapi dengarkan aku: suara itu bukan kamu. Ketika suara itu muncul, katakan dengan tegas, “Aku nggak percaya suara ini.”
Sama seperti menarik tirai untuk mengungkapkan bahwa penyihir Oz hanyalah seorang pria biasa, kesadaran akan membuatmu sadar bahwa “iblis” itu cuma ilusi. Dan begitu kamu berhenti memberi makan ilusi itu, dia akan melemah.
Pelajaran Penting
- Trauma itu bukan akhir ceritamu. Kamu punya kuasa untuk memutus pola rasa sakit dan memilih untuk hidup dalam cinta.
- Mindfulness membantu memperlambat respons otomatis. Dengan latihan, kamu bisa memberi si “malaikat” kesempatan untuk mengambil kendali atas hidupmu.
- Cinta adalah jalan keluar. Semakin kamu mencintai dirimu sendiri, semakin trauma kehilangan cengkeramannya.
Ingat ya, perjalanan penyembuhan itu soal mengenali iblismu, membawa cinta ke ruang gelap, dan membangun hubungan baru yang penuh kasih dengan dirimu sendiri. Terima kasih sudah membaca, dan seperti biasa, thank you, I love you, bye for now.