Materialisme di Media Sosial Dari LOA sampai ke Dark Feminine Energi.
Dec 18, 2024Dalam beberapa tahun terakhir, media sosial telah menjadi platform yang sangat berpengaruh dalam membentuk cara kita memandang kesuksesan, hubungan, dan kehidupan pada umumnya. Tidak hanya itu, fenomena seperti hukum ketertarikan, dark feminine energy, dan berbagai tren pengembangan diri atau hubungan yang populer sekarang semakin sering muncul di feed kita. Namun, di balik gemerlapnya dunia digital, tersembunyi distorsi yang halus, terutama jika kita tidak berhati-hati.
Dari Manifestasi hingga Obsesi Materialistik
Hukum tarik-menarik, yang menyatakan bahwa "apa yang kamu fokuskan akan kamu tarik ke dalam hidupmu," awalnya adalah konsep yang dimaksudkan untuk membantu orang menemukan keseimbangan, kesuksesan, dan kebahagiaan dengan cara fokus pada hal-hal positif. Namun, dengan adanya media sosial, hukum ini sering kali disalahartikan. Bukannya menggunakannya untuk pengembangan diri yang mendalam, banyak orang justru terjebak dalam pola pikir materialistis.
Media sosial seringkali menjadi medium di mana orang memamerkan pencapaian fisik, kekayaan, dan barang-barang mewah. Ini memicu ilusi bahwa hukum ketertarikan terutama tentang manifestasi kekayaan material. Sehingga, tanpa disadari, kita mulai mengasosiasikan kebahagiaan dengan harta benda, alih-alih dengan kesejahteraan spiritual atau emosional.
Kekuatan atau Manipulasi?
Salah satu tren yang berkembang di media sosial adalah konsep dark feminine energy. Ini adalah versi lebih mendalam dari energi feminin yang sering digambarkan sebagai kekuatan penuh misteri, magnetisme, dan kekuasaan. Pada dasarnya, energi ini mewakili kemampuan seorang wanita untuk mengekspresikan sisi gelapnya—kekuatan yang kuat namun tetap feminin—sebagai cara untuk mengambil alih kendali dalam hidup dan hubungan.
Namun, di media sosial, ide ini sering diputarbalikkan dan menjadi alat manipulasi. Banyak konten yang menunjukkan dark feminine energy sebagai cara untuk "menguasai pria" atau "memanipulasi situasi demi keuntungan pribadi." Sementara energi feminin yang kuat sebenarnya adalah tentang autentisitas dan keseimbangan antara terang dan gelap, versi distorsinya di media sosial justru mendorong perilaku yang lebih bersifat manipulatif dan mengutamakan kekuasaan daripada cinta atau keseimbangan.
Dating Advices yang Keliru di Media Sosial
Media sosial juga menjadi ladang bagi berbagai nasihat kencan dan hubungan yang berfokus pada taktik manipulatif alih-alih hubungan sehat. Contoh yang sering ditemukan adalah saran-saran yang berfokus pada bagaimana "menarik pria kaya" atau "bermain sulit didapat." Alih-alih membangun hubungan berdasarkan kepercayaan dan komunikasi yang tulus, media sosial mendorong pendekatan transaksional dalam hubungan.
Tentu saja, dating advice yang disebar ini sering kali lebih banyak mendatangkan kecemasan dibandingkan kejelasan. Banyak yang tanpa sadar terjebak dalam pola pikir bahwa nilai diri mereka bergantung pada apa yang mereka miliki atau bagaimana mereka dipandang oleh orang lain. Ini adalah salah satu bentuk distorsi dari self-worth dan cinta diri, yang seharusnya tidak terukur dengan harta benda atau validasi eksternal.
Antara Kesempatan dan Eksploitasi
Side hustle, atau pekerjaan sampingan, juga menjadi tren besar di media sosial, sering kali didorong oleh keinginan untuk mencapai kebebasan finansial. Meskipun side hustle bisa menjadi peluang besar untuk mendapatkan penghasilan tambahan, sayangnya, media sosial kerap mempromosikan citra palsu tentang betapa mudahnya mencapai kesuksesan.
Berbagai cerita sukses tentang "penghasilan 6 digit dalam sebulan" atau "meraih kebebasan finansial di usia muda" yang sering muncul di feed kita bisa membuat orang merasa bahwa jika mereka tidak berhasil secepat itu, mereka gagal. Lagi-lagi, ilusi kesuksesan instan ini memperkuat mentalitas materialistis, yang menjadikan uang dan status sebagai ukuran utama kebahagiaan.
Kesadaran Mengubah Fokus ke Dalam
Di tengah semua itu, ada seruan untuk kembali pada kesadaran diri yang sejati. Alih-alih mengejar kekayaan, status, atau hubungan yang sempurna di mata dunia, kita bisa memanfaatkan media sosial dengan lebih sadar dan bijak. Bukannya menggunakan hukum ketertarikan hanya untuk barang-barang mewah, kita bisa memfokuskan pikiran pada tujuan yang lebih bermakna—seperti pertumbuhan pribadi, kesehatan mental, dan koneksi yang lebih dalam dengan diri kita sendiri dan orang lain.
Langkah-Langkah Praktis untuk Menghindari Distorsi Media Sosial
-
Kurasi Konten dengan Sadar
Hanya ikuti akun yang mendorong pengembangan diri sejati, bukan hanya fokus pada hal-hal material. -
Terapkan Hukum Ketertarikan secara Otentik
Gunakan prinsip ini untuk manifestasi hal-hal yang benar-benar penting bagimu, seperti kesehatan, cinta, atau kebahagiaan spiritual. -
Kenali Distorsi Energi
Ketika berbicara tentang dark feminine energy atau energi lainnya, fokuslah pada keseimbangan dan bukan kekuasaan atau manipulasi. -
Jangan Tergiur Nasihat Kencan yang Manipulatif
Hubungan yang sehat didasarkan pada kejujuran dan rasa saling menghormati, bukan permainan atau taktik. -
Realistislah tentang Side Hustle
Ingatlah bahwa membangun karier atau usaha sampingan memerlukan waktu, dedikasi, dan strategi yang realistis.
Dengan begitu, kita dapat tetap terhubung dengan dunia digital tanpa terseret ke dalam distorsi materialisme dan ilusi kesuksesan instan yang sering disebarkan. Pada akhirnya, kesadaran diri dan kebahagiaan yang sejati datang dari dalam, bukan dari barang-barang yang kita miliki atau citra yang kita tampilkan di media sosial.