Cara Keluar dari Mental Korban
Dec 21, 2024Pemrograman korban tidak terbatas pada cakra hal itu menembus dan mempengaruhi seluruh sistem energi kita. Misalnya, energi korban di cakra ketiga atau cakra pusar dapat mencemari tingkat astral dengan perasaan akan datangnya kegagalan, sedangkan energi korban di cakra akar dapat membuat tingkat konseptual menjadi terlalu kaku. Sederhananya, kita dapat mengkategorikan level ini menjadi dua kelompok utama: cair/fluid (tanpa syarat, astral, emosional) dan struktural (konseptual, kebenaran, mental, eterik).
Ketidakseimbangan muncul di tingkat cair/fluid saat kita menyerap energi berlebihan, dan di tingkat struktural saat kita memproyeksikan terlalu banyak energi. Ketidakseimbangan ini terwujud dalam lanskap internal kita, mempengaruhi persepsi dan perilaku kita. Silahkan meluangkan waktu sejenak untuk mengamati diagram di bawah ini dan identifikasi kategori mana yang sesuai dengan kita. Perlu diingat bahwa hal ini dapat bervariasi tergantung pada masalah spesifik yang kita hadapi. Misalnya, tantangan dalam mengasuh anak tunggal dapat menyebabkan ketidakseimbangan cair/fluid , sementara berkencan dapat memicu ketidakseimbangan struktural.
Ketidakseimbangan Cair/Fluid:
- Runtuh
- Putus asa
- Merasakan kesenangan negatif karena terluka
- Membeku secara emosional
- Penundaan
- Terlalu terpengaruh oleh dunia luar dan terlalu mengkhawatirkan tindakan kita (identifikasi berlebihan dengan orang lain/dunia) aka aduh apa kata orang nanti.....
Ketidakseimbangan Struktural:
- Kesombongan
- Tuntutan
- Lakukan dengan caraku
- Merasakan kenikmatan negatif dari melukai orang lain
- Kewaspadaan yang berlebihan
- Aktivitas berlebihan
- Tidak menyadari bagaimana dunia luar mempengaruhi kita dan tidak memperhatikan bagaimana tindakan kita mempengaruhi orang lain (tidak terhubung dengan orang lain/terisolasi dari dunia)
Setiap kali kita mengalami persepsi atau perilaku yang tidak seimbang, baik struktural maupuncair/fluid, itu karena, dalam beberapa hal, pola-pola ini melayani mental Korban batin kita. Namun, layanan ini negatif, karena memungkinkan Korban untuk mempertahankan kendali. Untuk mewujudkan hasrat positif kita—hubungan yang seimbang, pekerjaan yang memuaskan, atau kesehatan fisik—kita harus membebaskan diri dari cengkeraman mental Korban. Menyadari bagaimana kita secara negatif melayani mental Korban batin kita adalah langkah yang kuat untuk melucuti dan menyebarkan muatan negatif yang terkait dengan keinginan kita. Berikut prosedur yang dapat kita manfaatkan:
Tempatkan diri kita di tubuh kita dan biarkan kesadaran kita membimbing kita ke titik asal ketidakseimbangan yang ingin kita tangani. Titik asal ini dapat ditemukan di mana saja di dalam tubuh fisik atau sistem energi kita.
Setelah kita mengidentifikasi lokasi ini, tujuan kita adalah untuk memahami mengapa ketidakseimbangan ini melayani mental Korban di dalam diri kita. Dengan kesabaran dan ketekunan, perluas kesadaran kita ke area asal dan temukan alasan yang mendasari rasa ketidakberdayaan ini. Pemahaman ini adalah kunci penyembuhan.
Ketidakseimbangan energi sering bermanifestasi sebagai gejala fisik. Yup, mental korban kita sendiri bisa berkontribusi pada kondisi fisik yang melanggengkan mentalitas korban. Karena segala sesuatu di dalam diri kita saling berhubungan, gejala fisik bertindak sebagai titik jangkar energi korban dalam tingkat fisik sistem energi kita. Untuk menyembuhkan kondisi fisik ini, kita harus berhenti mendukungnya dengan penuh semangat. Ingat, tidak ada yang bisa eksis secara fisik kecuali dipertahankan secara energik. Letakkan tangan kita di area tubuh kita yang mewakili gejala fisik yang terkait dengan ketidakseimbangan tersebut. Terhubung dengan rasa sakit dan beralih ke keadaan bersyukur atas pelajaran yang diajarkan tubuh kita kepada kita. Syukur berfungsi sebagai pintu gerbang untuk membalikkan proses yang menyebabkan ketidakseimbangan.
Untuk mengatasi pemrograman mental korban, kita harus mengintegrasikan pemahaman konseptual dengan keadaan pengalaman. Ketidakterikatan, keamanan internal, kegembiraan, keingintahuan, dan kemauan adalah atribut penting untuk melampaui kesadaran korban. Ketidakmelekatan melibatkan pengenalan secara konseptual bahwa realitas yang kita rasakan adalah ilusi dan menerima tanpa penilaian, tanpa benar atau salah. Keamanan internal mencakup kemandirian dan pengalaman kedamaian yang berhubungan dengan jiwa kita.