Apakah Batasan Orang yang Terluka Inner Child Berbeda dengan yang Sudah Sembuh?
Oct 26, 2024Aku punya pertanyaan menarik dari Agus, salah satu siswa dari Healing Inner Child (HIC). Pertanyaannya adalah: "Apakah batasan atau boundaries orang yang terluka inner child berbeda dengan yang sudah sembuh?" Dalam artikel ini, kita akan membahas lebih dalam mengenai perbedaan batasan bagi mereka yang masih membawa luka inner child dan mereka yang sudah melalui proses penyembuhan. Yuk, kita selami dari sudut pandang psikologi, spiritualitas, dan pemikiran tokoh-tokoh besar seperti Carl Jung dan Sigmund Freud.
Apa Itu Batasan (Boundaries)?
Batasan atau boundaries adalah cara kita menetapkan jarak emosional, fisik, dan mental antara diri kita dan orang lain. Batasan ini memungkinkan kita untuk melindungi kesejahteraan pribadi, menjaga diri dari penyalahgunaan, dan mengendalikan bagaimana kita ingin diperlakukan.
Bagi mereka yang memiliki luka inner child, batasan ini sering kali kabur atau tidak ada sama sekali. Hal ini karena, dalam banyak kasus, saat mereka masih anak-anak, kebutuhan emosional mereka diabaikan, sehingga mereka tumbuh dengan keyakinan bahwa mereka tidak memiliki hak untuk menetapkan batasan. Sementara bagi mereka yang sudah sembuh dari luka inner child, batasan mereka biasanya lebih jelas dan tegas karena mereka telah belajar untuk menghargai diri sendiri dan kebutuhan mereka.
Batasan Orang yang Terluka Inner Child
Ketika seseorang masih membawa luka dari masa kecil, batasan yang mereka buat biasanya lemah atau bahkan tidak ada. Hal ini karena mereka cenderung memiliki keyakinan bahwa mereka harus selalu menyenangkan orang lain atau menghindari konflik dengan cara mengorbankan kebutuhan mereka sendiri. Menurut Carl Jung, orang dengan luka inner child sering kali tidak menyadari bagaimana luka ini mempengaruhi batasan mereka karena luka-luka tersebut tersembunyi di bawah sadar.
Ciri-ciri Batasan yang Kabur pada Orang yang Terluka Inner Child:
- Sulit mengatakan "tidak": Mereka merasa bersalah atau takut ditolak jika menolak permintaan orang lain, meskipun itu merugikan diri sendiri.
- Menjadi "people pleaser": Mereka sering kali mengorbankan kebahagiaan pribadi demi menyenangkan orang lain.
- Tidak punya ruang pribadi: Sulit bagi mereka untuk mempertahankan ruang pribadi, baik secara emosional maupun fisik.
- Takut konflik: Mereka cenderung menghindari konflik dengan cara apa pun, karena takut ditinggalkan atau tidak disukai.
Menurut Freud, mekanisme pertahanan seperti ini adalah hasil dari trauma masa kecil yang belum terselesaikan. Orang-orang ini mungkin mengembangkan pola adaptasi yang merusak, di mana mereka secara tidak sadar mencoba mencari persetujuan dari orang lain karena mereka tidak mendapatkan validasi saat kecil. Inilah mengapa batasan mereka sering kali tidak sehat.
Batasan Orang yang Sudah Sembuh dari Inner Child
Sebaliknya, seseorang yang sudah sembuh dari luka inner child memiliki batasan yang lebih kuat dan sehat. Mereka telah melalui proses penyembuhan, mungkin dengan melakukan inner child healing, shadow work, atau terapi. Carl Jung menekankan bahwa proses penyembuhan melibatkan integrasi antara conscious self dan unconscious self, di mana seseorang akhirnya bisa mengenali dan menerima bagian-bagian terluka dari dirinya tanpa membiarkannya mengendalikan kehidupan.
Ciri-ciri Batasan yang Sehat pada Orang yang Sembuh:
- Mampu mengatakan "tidak": Mereka bisa menolak dengan tegas tanpa merasa bersalah atau takut ditolak.
- Mengutamakan kebutuhan diri sendiri: Mereka memahami pentingnya memenuhi kebutuhan emosional dan fisik diri sendiri sebelum memberi kepada orang lain.
- Menjaga ruang pribadi: Mereka tidak ragu untuk menjaga ruang pribadi dan menetapkan jarak jika diperlukan.
- Menghadapi konflik secara sehat: Mereka mampu menghadapi konflik tanpa merasa takut kehilangan hubungan atau validasi.
Dalam proses penyembuhan, seseorang belajar untuk mencintai diri sendiri dan memprioritaskan kesejahteraan pribadi. Batasan menjadi alat untuk menjaga keseimbangan diri, karena mereka sekarang tahu bahwa mereka layak untuk dihargai dan dicintai apa adanya. Proses penyembuhan ini sering kali melibatkan pelepasan keyakinan yang membatasi dan menggantinya dengan keyakinan baru yang mendukung self-worth atau harga diri yang lebih tinggi.
Spiritualitas dan Batasan
Dari sudut pandang spiritual, menetapkan batasan juga penting untuk menjaga energi pribadi. Dalam banyak ajaran spiritual, termasuk yang kita bahas dalam MMM, batasan adalah cara untuk menjaga agar kita tetap terhubung dengan diri otentik kita. Ketika kita membiarkan orang lain melanggar batasan kita, energi kita bisa terkuras, dan kita menjadi tidak selaras dengan diri kita yang sebenarnya.
Bagi mereka yang masih terluka, batasan spiritual sering kali lemah karena mereka merasa tidak layak untuk dilindungi. Sebaliknya, seseorang yang sudah sembuh biasanya memiliki energi yang kuat dan terproteksi, sehingga mereka tidak takut menetapkan batasan yang jelas.
Kesimpulan
Jadi, apakah batasan orang yang terluka inner child berbeda dengan yang sudah sembuh? Ya, sangat berbeda. Orang yang masih terluka biasanya memiliki batasan yang lemah atau kabur, sedangkan mereka yang sudah sembuh memiliki batasan yang lebih sehat dan kuat. Proses penyembuhan inner child memungkinkan seseorang untuk menemukan kembali rasa harga diri, belajar menetapkan batasan yang sehat, dan terhubung dengan diri otentik mereka.
Bagi kamu yang sedang dalam perjalanan penyembuhan, ingat bahwa menetapkan batasan adalah tanda self-love dan self-respect. Dengan terus menyembuhkan luka inner child dan memperkuat batasan, kamu akan menemukan bahwa kehidupan menjadi lebih seimbang dan penuh makna.
Dan seperti biasa, thank you, I love you, and bye for now